Kamis, 26 Desember 2013

PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN MENJADI ENERGI BIOGAS UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN UMKM DI KABUPATEN PAMEKASAN I. PENDAHULUAN Sumber daya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Energi diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan industri, jasa, perhubungan dan rumah tangga. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung pertumbuhan sektor industri dan kegiatan lain yang terkait. Meskipun Indonesia adalah salah satu Negara penghasil minyak dan gas, namun berkurangnya cadangan minyak, penghapusan subsidi menyebabkan harga minyak naik dan kualitas lingkungan menurun akibat penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan. Olah karena itu, pemanfaatan sumbersumber energi alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan menjadi pilihan. Salah satu dari energi terbarukan adalah biogas, biogas memiliki peluang yang besar dalam pengembangannya. Energi biogas dapat diperoleh dari air limbah rumah tangga; kotoran cair dari peternakan ayam, sapi, babi; sampah organik dari pasar; industri makanan dan sebagainya. Selain potensi yang besar, pemanfaatan energi biogas dengan digester biogas memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit, menghasilkan panas dan daya (mekanis/ listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat dan cair. Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini secara ekonomi akan sangat kompetitif seiring naiknya harga bahan bakar. teknologi pemanfaatan kotoran hewan menjadi energi walaupun sederhana namun mayoritas masyarakat petani/peternak di Indonesia belum mampu mamanfaatkannya, hal tersebut disebabkan karena rendahnya SDM peternak/petani, minimnya pelatihan atau penyuluhan kepada masyarakat, rendahnya kepedulian pemerintah daerah untuk serius mengoptimalkan sektor peternakan dan pertanian. Kabupaten Pamekasan memiliki potensi pertanian dan peternakan yang bagus, namun potensi tersebut belum dimanfaatkan sebagai sumber energi yang bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari. Alasan utama masyarakat Pamekasan belum mampu mengelola potensi kotoran hewan tersebut adalah karena keterbatasannya pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki untuk mengolah limbah peternakan dan pertanian menjadi energi dan pupuk. Terkait dengan hal tersebut, LP2M Universitas Islam Madura telah melakukan studi kelayakan dengan melibatkan para mahasiswa untuk melakukan survey terhadap 150 keluarga petani yang berada di dusun Brekas desa Kaduara, hasil dari survey tersebut setiap keluarga petani memiliki hewan ternak sapi _sejumlah 4 ekor dengan rata-rata kotoran sapi _10_15 Kg/hari. Dengan diketahuinya rata-rata kotoran sapi disetiap keluarga maka jumlah energi yang dihasilkan bisa diketahui berapa jumlah keluarga yang dapat memanfaatkan biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi tersebut. Ditinjau dari aspek sosial bahwa penerapan teknologi baru kepada masyarakat merupakan suatu tantangan tersendiri akibat rendahnya latar belakang pendidikan, pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki. Begitu juga dengan penerapan teknologi biogas. Tidak pernah terbayangkan bahwa kotoran sapi dapat menghasilkan energi. Selain itu juga perasaan jijik terhadap makanan yang dimasak menggunakan makanan yang dimasak menggunakan biogas. Untuk itu, program percepatan difusi dan penerapan iptek biogas ini segera dilakukan untuk melakukan konversi energi yang dihasilkan dari kotoran sapi menjadi biogas dan bagaimana mensosialisasikan produk biogas tersebut kepada masyarakat sehingga dapat dijadikan sebagai rintisan wirausaha baru. Adapun tujuan dari program percepatan difusi dan penerapan iptek ini adalah untuk melakukan percepatan penerapan teknologi biogas berbahan kotoran hewan sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan UMKM diwilayah tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan beberapa syarat yang terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber daya manusia. Bila faktor tersebut dapat dipenuhi maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sebagai penyediaan energi di desa Kaduara Barat, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan dapat berjalan dengan optimal. Untuk mendukung pelaksanaan program tersebut strategi yang digunakan adalah pendekatan secara lokal dengan mengoptimalkan peran tokoh masyarakat yaitu para ulama dan pengurus desa dengan cara pendekatan secara kultur sosial, budaya dan keagamaan, hal tersebut disebabkan karena karakteristik masyarakat Madura sangat tunduk dan patuh terhadap para ulama dan tokoh.PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN MENJADI ENERGI BIOGAS UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN UMKM DI KABUPATEN PAMEKASAN I. PENDAHULUAN Sumber daya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Energi diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan industri, jasa, perhubungan dan rumah tangga. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung pertumbuhan sektor industri dan kegiatan lain yang terkait. Meskipun Indonesia adalah salah satu Negara penghasil minyak dan gas, namun berkurangnya cadangan minyak, penghapusan subsidi menyebabkan harga minyak naik dan kualitas lingkungan menurun akibat penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan. Olah karena itu, pemanfaatan sumbersumber energi alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan menjadi pilihan. Salah satu dari energi terbarukan adalah biogas, biogas memiliki peluang yang besar dalam pengembangannya. Energi biogas dapat diperoleh dari air limbah rumah tangga; kotoran cair dari peternakan ayam, sapi, babi; sampah organik dari pasar; industri makanan dan sebagainya. Selain potensi yang besar, pemanfaatan energi biogas dengan digester biogas memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit, menghasilkan panas dan daya (mekanis/ listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat dan cair. Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini secara ekonomi akan sangat kompetitif seiring naiknya harga bahan bakar. teknologi pemanfaatan kotoran hewan menjadi energi walaupun sederhana namun mayoritas masyarakat petani/peternak di Indonesia belum mampu mamanfaatkannya, hal tersebut disebabkan karena rendahnya SDM peternak/petani, minimnya pelatihan atau penyuluhan kepada masyarakat, rendahnya kepedulian pemerintah daerah untuk serius mengoptimalkan sektor peternakan dan pertanian. Kabupaten Pamekasan memiliki potensi pertanian dan peternakan yang bagus, namun potensi tersebut belum dimanfaatkan sebagai sumber energi yang bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari. Alasan utama masyarakat Pamekasan belum mampu mengelola potensi kotoran hewan tersebut adalah karena keterbatasannya pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki untuk mengolah limbah peternakan dan pertanian menjadi energi dan pupuk. Terkait dengan hal tersebut, LP2M Universitas Islam Madura telah melakukan studi kelayakan dengan melibatkan para mahasiswa untuk melakukan survey terhadap 150 keluarga petani yang berada di dusun Brekas desa Kaduara, hasil dari survey tersebut setiap keluarga petani memiliki hewan ternak sapi _sejumlah 4 ekor dengan rata-rata kotoran sapi _10_15 Kg/hari. Dengan diketahuinya rata-rata kotoran sapi disetiap keluarga maka jumlah energi yang dihasilkan bisa diketahui berapa jumlah keluarga yang dapat memanfaatkan biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi tersebut. Ditinjau dari aspek sosial bahwa penerapan teknologi baru kepada masyarakat merupakan suatu tantangan tersendiri akibat rendahnya latar belakang pendidikan, pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki. Begitu juga dengan penerapan teknologi biogas. Tidak pernah terbayangkan bahwa kotoran sapi dapat menghasilkan energi. Selain itu juga perasaan jijik terhadap makanan yang dimasak menggunakan makanan yang dimasak menggunakan biogas. Untuk itu, program percepatan difusi dan penerapan iptek biogas ini segera dilakukan untuk melakukan konversi energi yang dihasilkan dari kotoran sapi menjadi biogas dan bagaimana mensosialisasikan produk biogas tersebut kepada masyarakat sehingga dapat dijadikan sebagai rintisan wirausaha baru. Adapun tujuan dari program percepatan difusi dan penerapan iptek ini adalah untuk melakukan percepatan penerapan teknologi biogas berbahan kotoran hewan sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan UMKM diwilayah tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan beberapa syarat yang terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber daya manusia. Bila faktor tersebut dapat dipenuhi maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sebagai penyediaan energi di desa Kaduara Barat, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan dapat berjalan dengan optimal. Untuk mendukung pelaksanaan program tersebut strategi yang digunakan adalah pendekatan secara lokal dengan mengoptimalkan peran tokoh masyarakat yaitu para ulama dan pengurus desa dengan cara pendekatan secara kultur sosial, budaya dan keagamaan, hal tersebut disebabkan karena karakteristik masyarakat Madura sangat tunduk dan patuh terhadap para ulama dan tokoh.


PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN MENJADI ENERGI BIOGAS
UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN UMKM DI KABUPATEN
PAMEKASAN






Sumber daya energi mempunyai peran yang sangat
penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Energi
diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan industri, jasa,
perhubungan dan rumah tangga. Dalam jangka panjang,
peran energi akan lebih berkembang khususnya
guna mendukung pertumbuhan sektor industri dan kegiatan
lain yang terkait. Meskipun Indonesia adalah
salah satu Negara penghasil minyak dan gas, namun
berkurangnya cadangan minyak, penghapusan subsidi
menyebabkan harga minyak naik dan kualitas lingkungan
menurun akibat penggunaan bahan bakar fosil
yang berlebihan. Olah karena itu, pemanfaatan sumbersumber
energi alternatif yang terbarukan dan ramah
lingkungan menjadi pilihan.
Salah satu dari energi terbarukan adalah biogas, biogas
memiliki peluang yang besar dalam pengembangannya.
Energi biogas dapat diperoleh dari air limbah
rumah tangga; kotoran cair dari peternakan ayam, sapi,
babi; sampah organik dari pasar; industri makanan dan
sebagainya.
Selain potensi yang besar, pemanfaatan energi biogas
dengan digester biogas memiliki banyak keuntungan,
yaitu mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi
bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran
penyakit, menghasilkan panas dan daya (mekanis/
listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat
dan cair. Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini
secara ekonomi akan sangat kompetitif seiring naiknya
harga bahan bakar.







teknologi pemanfaatan kotoran hewan menjadi energi
walaupun sederhana namun mayoritas masyarakat
petani/peternak di Indonesia belum mampu mamanfaatkannya,
hal tersebut disebabkan karena rendahnya
SDM peternak/petani, minimnya pelatihan atau
penyuluhan kepada masyarakat, rendahnya kepedulian
pemerintah daerah untuk serius mengoptimalkan
sektor peternakan dan pertanian.
Kabupaten Pamekasan memiliki potensi pertanian
dan peternakan yang bagus, namun potensi tersebut
belum dimanfaatkan sebagai sumber energi yang
bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari. Alasan
utama masyarakat Pamekasan belum mampu mengelola
potensi kotoran hewan tersebut adalah karena
keterbatasannya pengetahuan dan keterampilan yang
mereka miliki untuk mengolah limbah peternakan dan
pertanian menjadi energi dan pupuk.
Terkait dengan hal tersebut, LP2M Universitas Islam
Madura telah melakukan studi kelayakan dengan melibatkan
para mahasiswa untuk melakukan survey terhadap
150 keluarga petani yang berada di dusun Brekas
desa Kaduara, hasil dari survey tersebut setiap keluarga
petani memiliki hewan ternak sapi _sejumlah 4 ekor
dengan rata-rata kotoran sapi _10_15 Kg/hari. Dengan
diketahuinya rata-rata kotoran sapi disetiap keluarga
maka jumlah energi yang dihasilkan bisa diketahui
berapa jumlah keluarga yang dapat memanfaatkan biogas
yang dihasilkan dari kotoran sapi tersebut.
Ditinjau dari aspek sosial bahwa penerapan teknologi
baru kepada masyarakat merupakan suatu tantangan
tersendiri akibat rendahnya latar belakang pendidikan,
pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki.
Begitu juga dengan penerapan teknologi biogas.
Tidak pernah terbayangkan bahwa kotoran sapi dapat
menghasilkan energi. Selain itu juga perasaan jijik terhadap
makanan yang dimasak menggunakan makanan
yang dimasak menggunakan biogas. Untuk itu, program
percepatan difusi dan penerapan iptek biogas
ini segera dilakukan untuk melakukan konversi energi
yang dihasilkan dari kotoran sapi menjadi biogas dan
bagaimana mensosialisasikan produk biogas tersebut
kepada masyarakat sehingga dapat dijadikan sebagai
rintisan wirausaha baru.
Adapun tujuan dari program percepatan difusi dan
penerapan iptek ini adalah untuk melakukan percepatan
penerapan teknologi biogas berbahan kotoran
hewan sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan
UMKM diwilayah tersebut. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan beberapa syarat yang terkait dengan
aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber
daya manusia. Bila faktor tersebut dapat dipenuhi
maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sebagai
penyediaan energi di desa Kaduara Barat, Kecamatan
Larangan, Kabupaten Pamekasan dapat berjalan
dengan optimal. Untuk mendukung pelaksanaan
program tersebut strategi yang digunakan adalah pendekatan
secara lokal dengan mengoptimalkan peran
tokoh masyarakat yaitu para ulama dan pengurus desa
dengan cara pendekatan secara kultur sosial, budaya
dan keagamaan, hal tersebut disebabkan karena karakteristik
masyarakat Madura sangat tunduk dan patuh
terhadap para ulama dan tokoh.